Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya jaman, kondisi Bumi semakin lama semakin tua. Hal ini akan menambah kerapuhan elemen-elemen yang ada di Bumi, termasuk juga tanah.
Selain itu, aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari- hari juga dapat mempengaruhi kondisi tanah.
Apabila jumlah komposisi tanah tidak seimbang maka akan menyebabkan kualitas tanah menjadi turun dan semakin lama akan mengalami kerusakan tanah.
Kerusakan tanah sendiri merupakan peristiwa hilangnya unsur-unsur hara dalam tanah atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif seperti sedia kala.
Kerusakan tanah ini dapat terjadi akibat faktor alam maupun manusia yang disengaja.
Jenis-jenis Kerusakan Tanah
Terdapat beberapa jenis kerusakan pada tanah, antara lain sebagai berikut :
Erosi Tanah
Erosi tanah merupakan peristiwa terangkatnya bagian-bagian dari tanah, terutama pada lapisan paling atas tanah dan kemudian diendapkan ke tempat lain. Erosi tanah ini terdiri dari beberapa jenis. Jenis- jenis dari erosi tanah antara lain sebagai berikut:
Ablasi
Ablasi merupakan erosi tanah yang diakibatkan oleh aktivitas atau tenaga air. Dengan kata lain, tanah terkikis akibat adanya aliran air dan umumnya terjadi di daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Deflasi
Deflasi disebut juga dengan Korasi. Deflasi Atau korasi ini merupakan peristiwa erosi tanah yang disebabkan karena angin. Deflasi atau korosi ini biasa terjadi di daerah gurun atau daerah yang memiliki iklim kering.
Eksarasi
Eksarasi merupakan jenis erosi tanah yang disebabkan oleh gletser. Gletser merupakan kikisan dari massa salju yang bergerak menuruni lereng didaerah pegunungan yang bersuhu rendah.
Abrasi
Asbrasi merupakan erosi tanah yang disebabkan karena kekuatan gelombang laut. Karena penyebabnya adalah gelombang laut, maka abrasi hanya terjadi di sekitar daerah- daerah laut.
Lahan Kritis
Selain erosi tanah, terdapat kerusakan tanah lainnya yang berupa lahan kritis. Lahan kritis merupakansuatu kondisi tanah yang telah kehilangan tingkat kesuburannya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan menurunnya fungsi tanah sebagai sarana pendukung kehidupan. Lahan kritis ini dapat ditimbulkan karena beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
Kerusakan hutan
Kerusakan hutan dapat terjadi akibat kegiatan eksploitasi hutan oleh manusia yang berlebihan dan tidak terkendali. Apabila pemanfaatan hutan tidak diiringi dengan upaya pelestarian hutan maka dapat menimbulkan kerusakan pada hutan yang cukup parah.
Terdapat beberapa contoh kegiatan yang mengakibatkan kerusakan pada hutan yang pada akhirnya menyebabkan lahan kritis antara lain adalah penebangan liar, kebakaran hutan, dan pertanian sistem ladang berpindah.
Kegiatan pertambangan
Selain kegiatan eksploitasi hutan, terdapat kegiatan manusia lain yaitu pertambangan. Kegiatan pengambilan barang tambang yang tidak disertai dengan upaya pengelolaan lingkungan dapat menimbulkan kerusakan tanah, salah satunya adalah lahan kritis. Lahan kritis dapat ditimbulkan karena hilangnya vegetasi penutup lahan, perubahan topografi dan juga perubahan struktur lapisan tanah akibat kegiatan pertambangan.
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah merupakan gangguan keseimbangan pada tanah yang diakibatkan oleh masuknya polutan hasil kegiatan manusia.
Polutan merupakan bahan atau benda asing yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Polutan memiliki sifat yang tidak dapat diurai oleh bakteri pengurai. Terdapat berbagai macam polutan tanah yang dihasilkan oleh aktivitas sehari-hari manusia. Beberapa jenis polutan tanah adalah sebagai berikut :
Limbah domestik
Limbah domestik merupakan limbah dari benda atau bahan sudah tidak dipakai yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, baik berupa limbah padat, cair dan juga gas. Beberapa contoh limbah domestik antara lain air bekas cucian, bungkus makanan dan lain sebagainya.
Limbah industri
Limbah industri merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi suatu industri yang dapat berupa cair, padat maupun gas. Limbah industri memiliki sifat yang keras dan jumlahnya yang lebih banyak, sehingga sebagian besar limbah industri lebih berbahaya daripada limbah domestik.
Limbah pertanian
Limbah pertanian merupakan limbah yang berasal dari kegiatan pertanian. Pada umumnya, limbah pertanian ini berasal dari pupuk berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pertanian.
Kegiatan pemupukan yang berlebihan dan dilakukan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan kerusakan pada tanah.
Upaya Pencegahan Kerusakan pada Tanah
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mencegah kerusakan pada tanah adalah dengan Menjaga tingkat kesuburan tanah antara lain sebagai berikut:
Metode Mekanik
Terdapat beberapa cara dalam menjaga tingkat kesuburan tanah dengan metode mekanik antara lain sebagai berikut:
Penterasan lahan miring atau terasering
Pembuatan pematang atau guludan
Pengelolaan sejajar garis kontur atau Contour tillage
Pembuatan cekdam
Metode vegetatif
Metode vegetatif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga dan mencegah kerusakan tanah dengan cara memanfaatkan vegetasi (tanaman) yang ada dilingkungan sekitarnya.
Metode ini sangat baik dalam rangka mengupayakan pelestarian kesuburan tanah. Pada umumnya, metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Penghijauan
Rotasi tanaman atau crop rotation
Reboisasi
Penanaman tanaman penutup atau buffering
Penanaman sejajar garis kontur
Penanaman tanaman berbasis atau strip cropping
Metode Kimia
Metode kimia ini juga banyak disebut sebagai upaya pengawetan pada tanah. Pengawetan pada tanah dengan metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur pada tanah.
Bahan- bahan kimia yang umum digunakan meliputi adalah bitum, krilium, dan juga soil conditioner. Bahan- bahan kimia tersebut dianggap sangat efektif untuk memperbaiki struktur dan juga mampu memperkuat agregat tanah.
Bahan- bahan kimia tersebut juga berpengaruh dalam jangka panjang karena senyawa-senyawa tersebut mampu bertahan terhadap organisme tanah.
Selasa, 05 Juni 2018
Pengertian dan Ciri Tanah Ekspansif
Pengertian dan Ciri Tanah Ekspansif – Tanah Ekspansif (expansive soil) merupakan tanah yang mengalami perubahan volume akibat dari perubahan kadar air yang ada di dalam tanah.
Pada umumnya tanah ekspansif mengandung mineral-mineral lempung yang terdiri dari smektit dan montmorilonit yang mampu menyerap air.
Saat mineral tersebut menyerap air dalam tanah maka volume tanah akan meningkat.
Sehingga semakin banyak air yang terserap, semakin bertambah volume tanah.
Adanya perubahan volume ini ternyata mampu merusak kekuatan struktur bangunan yang berada di atas tanah tersebut.
Tanah dasar yang bersifat ekspansif akan mengembang dan mampu menimbulkan bangunan atau struktur lain yang menempati tanah tersebut menjadi terangkat di saat kondisi kadar air yang tinggi.
Adapun ciri khas kerusakan akibat tanah ekspansif antara lain pondasi, lantai, dan dinding yang retak pada suatu bangunan.
Kerusakan tersebut dapat terjadi apabila ada gerakan yang signifikan dalam struktur tanah.
Sebaliknya, saat kondisi di sekitar lingkungan tanah ekspansif mulai mengering, maka akan terjadi penyusutan.
Penyusutan tersebut dapat menghilangkan daya dukung bangunan sehingga akan menimbulkan kerusakan struktur bangunan.
Celah atau retakan yang terjadi pada tanah tersebut mampu memudahkan penetrasi air yang melewati tanah, sehingga dapat menimbulkan siklus penyusutan dan pembengkakan pada tanah yang akan menciptakan tegangan berulang pada struktur tanah.
Pembentukan Tanah Ekspansif
Adapun jenis batuan induk dari tanah ekspansif meliputi basalt, batuan instrusi yang bersifat mafik/intermediate, mudstone, shale, dan alluvium yang masing-masing berasal dari lapukan batuan sebelumnya.
Pada umumnya tanah ekspansif terjadi pada slope di bagian bawah suatu dataran alluvial.
Posisi tersebut kemungkinan berkaitan dengan “teras gravel” yang berusia tersier.
Kandungan lempung tanah ekspansif terdapat pada kisaran 30-90% dan pada umumnya di dominasi oleh smektit dan montmorilonit.
Ciri-ciri Tanah Ekspansif
Adapun ciri- ciri yang dimiliki oleh tanah ekspansif antara lain adalah sebagai berikut:
Mengandung mineral- mineral yang bersifat mengembang
Tanah/Soil terdiri dari berbagai material, yang sebagian besar tidak mengembang pada saat lembab.
Namun, ada beberapa mineral lempung yang bersifat mengembang/ekspansif.
Menurut pengertiannya, telah kita ketahui bahwa tanah ekspansif merupakan tanah yang mudah mengalami pengembangan.
Salah satu penyebabnya yaitu adanya kandungan mineral- mineral yang mudah mengembang, seperti smektit, bentonit, montmorillonite, beidellite, vermikulit, atapulgit, nontronite, illite, klorit, dan beberapa garam sulfat.
beberapa garam sulfat tersebut dapat menjadi ekspansif apabila terjadi perubahan suhu lingkungan yang signifikan.
Pada umumnya golongan tanah yang mudah mengalami ekspansif meliputi tanah grumosol, vertisol, dan “black earth”.
Pada umunya golongan-golongan tanah tersebut memiliki kandungan lempung yang tinggi dan mudah mengembang serta memiliki struktur yang “fissured” yakni membentuk granular, prismatik dan bloky.
Tanah ekspansif akan mengembang ketika basah atau terdapat kadar air yang cukup tinggi.
Sedangkan tanah ekspansif akan mengkerut ketika kondisi lingkungannya kering
Tanah ekspansif memiliki tingkat kesuburan dari sedang hingga sangat subur.
Setiap jenis tanah memiliki tingkat kesuburannya masing-masing begitu pula dengan tanah ekspansif.
Tanah ekspansif memiliki tingkat kesuburan sedang hingga sangat tinggi (sangat subur), sehingga terdapat berbagai jenis tanaman yang mampu hidup di atas tanah ini.
Apabila tidak segera diatasi, tanah ekspansif memiliki dampak negatif yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan di atasnya.
Terdapat Nodul calcareus
Nodul calcareus dapat ditemukan di tanah ekspansif ini, dan dapat ditemukan di dalam tanah ekspansif dan pada daerah kering sering ditemukan gipsum.
Pada umumnya tanah ekspansif mengandung mineral-mineral lempung yang terdiri dari smektit dan montmorilonit yang mampu menyerap air.
Saat mineral tersebut menyerap air dalam tanah maka volume tanah akan meningkat.
Sehingga semakin banyak air yang terserap, semakin bertambah volume tanah.
Adanya perubahan volume ini ternyata mampu merusak kekuatan struktur bangunan yang berada di atas tanah tersebut.
Tanah dasar yang bersifat ekspansif akan mengembang dan mampu menimbulkan bangunan atau struktur lain yang menempati tanah tersebut menjadi terangkat di saat kondisi kadar air yang tinggi.
Adapun ciri khas kerusakan akibat tanah ekspansif antara lain pondasi, lantai, dan dinding yang retak pada suatu bangunan.
Kerusakan tersebut dapat terjadi apabila ada gerakan yang signifikan dalam struktur tanah.
Sebaliknya, saat kondisi di sekitar lingkungan tanah ekspansif mulai mengering, maka akan terjadi penyusutan.
Penyusutan tersebut dapat menghilangkan daya dukung bangunan sehingga akan menimbulkan kerusakan struktur bangunan.
Celah atau retakan yang terjadi pada tanah tersebut mampu memudahkan penetrasi air yang melewati tanah, sehingga dapat menimbulkan siklus penyusutan dan pembengkakan pada tanah yang akan menciptakan tegangan berulang pada struktur tanah.
Pembentukan Tanah Ekspansif
Adapun jenis batuan induk dari tanah ekspansif meliputi basalt, batuan instrusi yang bersifat mafik/intermediate, mudstone, shale, dan alluvium yang masing-masing berasal dari lapukan batuan sebelumnya.
Pada umumnya tanah ekspansif terjadi pada slope di bagian bawah suatu dataran alluvial.
Posisi tersebut kemungkinan berkaitan dengan “teras gravel” yang berusia tersier.
Kandungan lempung tanah ekspansif terdapat pada kisaran 30-90% dan pada umumnya di dominasi oleh smektit dan montmorilonit.
Ciri-ciri Tanah Ekspansif
Adapun ciri- ciri yang dimiliki oleh tanah ekspansif antara lain adalah sebagai berikut:
Mengandung mineral- mineral yang bersifat mengembang
Tanah/Soil terdiri dari berbagai material, yang sebagian besar tidak mengembang pada saat lembab.
Namun, ada beberapa mineral lempung yang bersifat mengembang/ekspansif.
Menurut pengertiannya, telah kita ketahui bahwa tanah ekspansif merupakan tanah yang mudah mengalami pengembangan.
Salah satu penyebabnya yaitu adanya kandungan mineral- mineral yang mudah mengembang, seperti smektit, bentonit, montmorillonite, beidellite, vermikulit, atapulgit, nontronite, illite, klorit, dan beberapa garam sulfat.
beberapa garam sulfat tersebut dapat menjadi ekspansif apabila terjadi perubahan suhu lingkungan yang signifikan.
Pada umumnya golongan tanah yang mudah mengalami ekspansif meliputi tanah grumosol, vertisol, dan “black earth”.
Pada umunya golongan-golongan tanah tersebut memiliki kandungan lempung yang tinggi dan mudah mengembang serta memiliki struktur yang “fissured” yakni membentuk granular, prismatik dan bloky.
Tanah ekspansif akan mengembang ketika basah atau terdapat kadar air yang cukup tinggi.
Sedangkan tanah ekspansif akan mengkerut ketika kondisi lingkungannya kering
Tanah ekspansif memiliki tingkat kesuburan dari sedang hingga sangat subur.
Setiap jenis tanah memiliki tingkat kesuburannya masing-masing begitu pula dengan tanah ekspansif.
Tanah ekspansif memiliki tingkat kesuburan sedang hingga sangat tinggi (sangat subur), sehingga terdapat berbagai jenis tanaman yang mampu hidup di atas tanah ini.
Apabila tidak segera diatasi, tanah ekspansif memiliki dampak negatif yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan di atasnya.
Terdapat Nodul calcareus
Nodul calcareus dapat ditemukan di tanah ekspansif ini, dan dapat ditemukan di dalam tanah ekspansif dan pada daerah kering sering ditemukan gipsum.
Cara Mudah Mengetahui Tanah Masam
Cara Mengetahui Tanah Masam – Tanah menjadi media terpenting dalam media tanam, karena di dalamnya tersimpan unsur hara sebagai sumber makanan para tanaman.
Selain unsur hara yang cukup, para tanaman akan tumbuh dengan baik jika kadar keasaman pada tanah sesuai.
Karena sering sekali para petani mengabaikan kondisi keasaman pada tanah yang berujung dengan kegagalan pertanian.
Kadar pH tanah ditentukan oleh skala pH dengan rentang angka 0 – 14 yang mana pH 0 – 7 untuk tanah bersifat asam dan pH 7 – 14 untuk basa.
pH netral terdapat pada skala 7, sedangkan pH toleransi terdapat pada skala 5,5. Pada umumnya tanaman budidaya akan tumbuh baik di lahan yang memiliki pH netral.
Cara untuk mengetahui keasaman pada tanah bisa menggunaka 2 cara, yaitu secara tradisional dan menggunakan alat pH tanah. Berikut ini caranya:
Menggunakan indikator tanaman
Salah satu cara mengetahui keasaman tanah adalah dengan memperhatikan tanaman liar yang tumbuh alami di sekitar lahan.
Cara ini dianggap mampu mengetahui asam tidaknya tanah. Biasanya tanaman yang dijadikan ukuran adalah tanaman senggani.
Ketika lahan ditumbuhi oleh banyak tanaman senggani, maka lahan tersebut memiliki kadar pH rendah atau masam.
Menggunakan indikator kunyit
Siapkan rimpang kunyit berukuran sebesar jempol.
Belah kunyit menjadi 2 bagian.
Ambilah 5 sampel tanah dari 5 titik yang berbeda, 4 titik berasal dari ujung lahan dan 1 titik berasal dari tengah lahan.
Campur seluruh sampel tanah dengan air secukupnya pada wadah dan aduk hingga rata.
Masukkan salah satu potongan kunyit pada wadah tersebut dan biarkan selama 30 menit baru kemudian angkat.
Bandingkan antar kunyit yang bercampur dengan adonan tanah dengan kunyit yang tidak tercampur oleh adonan tanah.
Ketika anda menemukan kunyit yang tercampur tanah berwarna biru maka tanah tersebut memiliki pH tinggi alias basa, sedangkan kunyit berubah warna menjadi pudar maka tanah tersebut memiliki pH rendah alias masam dan memiliki pH netral ketika anda tidak menemukan perubahan warna pada kunyit.
Baca Juga : Penyebab Kemasaman Tanah yang Ada di Indonesia
Menggunakan indikator Kertas lakmus
Siapkan 5 sampel tanah dari 5 titik yang berbeda, yaitu 4 titik berasal dari ujung lahan sedangkan 1 titik berasal dari tengah lahan.
Campur seluruh tanah dalam wadah dan campur dengan air yang perbandingannya 1 : 1 baru kemudian aduk hingga rata.
Biarkan tanah mengendap atau terpisah antara air dan tanah dengan cara mendiamkan selama 15 – 20 menit.
Celupkan kertas lakmus pada air tanpa menyentuh tanah selama 1 menit.
Setelah warna kertas lakmus stabil, maka segera hangat dari dalam air.
Cocokkan warna pada kertas lakmus dengan bagan warna dan perhatikan dia akan sama di skala berapa.
Menggunakan pH meter
Penggunaan pH tanah cukup sederhana, yaitu dengan menusukkan ujung pH meter di 5 titik lahan maka hasilnya akan menunjukkan skala angka rata – rata pH.
Memilih menggunakan indikator tanaman liar dan kunyit memang bisa mengetahui tanah tersebut masam atau tidak, namun cara ini kurang bisa mengetahui berapa besaran skala pH pada lahan tersebut.
Sedangkan cara ke-3, menggunakan indikator kertas lakmus dapat membantu menentukan pH tanah beserta skalanya.
Sedangkan penggunaan alat pH meter menjadi cara yang paling praktis dan mudah dengan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan 3 cara di atas.
Selain unsur hara yang cukup, para tanaman akan tumbuh dengan baik jika kadar keasaman pada tanah sesuai.
Karena sering sekali para petani mengabaikan kondisi keasaman pada tanah yang berujung dengan kegagalan pertanian.
Kadar pH tanah ditentukan oleh skala pH dengan rentang angka 0 – 14 yang mana pH 0 – 7 untuk tanah bersifat asam dan pH 7 – 14 untuk basa.
pH netral terdapat pada skala 7, sedangkan pH toleransi terdapat pada skala 5,5. Pada umumnya tanaman budidaya akan tumbuh baik di lahan yang memiliki pH netral.
Cara untuk mengetahui keasaman pada tanah bisa menggunaka 2 cara, yaitu secara tradisional dan menggunakan alat pH tanah. Berikut ini caranya:
Menggunakan indikator tanaman
Salah satu cara mengetahui keasaman tanah adalah dengan memperhatikan tanaman liar yang tumbuh alami di sekitar lahan.
Cara ini dianggap mampu mengetahui asam tidaknya tanah. Biasanya tanaman yang dijadikan ukuran adalah tanaman senggani.
Ketika lahan ditumbuhi oleh banyak tanaman senggani, maka lahan tersebut memiliki kadar pH rendah atau masam.
Menggunakan indikator kunyit
Siapkan rimpang kunyit berukuran sebesar jempol.
Belah kunyit menjadi 2 bagian.
Ambilah 5 sampel tanah dari 5 titik yang berbeda, 4 titik berasal dari ujung lahan dan 1 titik berasal dari tengah lahan.
Campur seluruh sampel tanah dengan air secukupnya pada wadah dan aduk hingga rata.
Masukkan salah satu potongan kunyit pada wadah tersebut dan biarkan selama 30 menit baru kemudian angkat.
Bandingkan antar kunyit yang bercampur dengan adonan tanah dengan kunyit yang tidak tercampur oleh adonan tanah.
Ketika anda menemukan kunyit yang tercampur tanah berwarna biru maka tanah tersebut memiliki pH tinggi alias basa, sedangkan kunyit berubah warna menjadi pudar maka tanah tersebut memiliki pH rendah alias masam dan memiliki pH netral ketika anda tidak menemukan perubahan warna pada kunyit.
Baca Juga : Penyebab Kemasaman Tanah yang Ada di Indonesia
Menggunakan indikator Kertas lakmus
Siapkan 5 sampel tanah dari 5 titik yang berbeda, yaitu 4 titik berasal dari ujung lahan sedangkan 1 titik berasal dari tengah lahan.
Campur seluruh tanah dalam wadah dan campur dengan air yang perbandingannya 1 : 1 baru kemudian aduk hingga rata.
Biarkan tanah mengendap atau terpisah antara air dan tanah dengan cara mendiamkan selama 15 – 20 menit.
Celupkan kertas lakmus pada air tanpa menyentuh tanah selama 1 menit.
Setelah warna kertas lakmus stabil, maka segera hangat dari dalam air.
Cocokkan warna pada kertas lakmus dengan bagan warna dan perhatikan dia akan sama di skala berapa.
Menggunakan pH meter
Penggunaan pH tanah cukup sederhana, yaitu dengan menusukkan ujung pH meter di 5 titik lahan maka hasilnya akan menunjukkan skala angka rata – rata pH.
Memilih menggunakan indikator tanaman liar dan kunyit memang bisa mengetahui tanah tersebut masam atau tidak, namun cara ini kurang bisa mengetahui berapa besaran skala pH pada lahan tersebut.
Sedangkan cara ke-3, menggunakan indikator kertas lakmus dapat membantu menentukan pH tanah beserta skalanya.
Sedangkan penggunaan alat pH meter menjadi cara yang paling praktis dan mudah dengan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan 3 cara di atas.
Cara Merawat Tanah Agar Tetap Subur
Tanah adalah media tumbuh tanaman atau tumbuh-tumbuhan, tempat bepinjak akar sehingga tanaman tegak berdiri.sumber penyedia unsure hara yang dibutuhkan tanaman. Untuk itu tanaman akan tumbuh baik jika unsure hara tersebut tidak berkurang unsure haranya. Untuk itu di sini akan di jelaskan cara merawat tanah yang baik, sehingga tanaman menjadi subur.
Cara merawat tanah adalah :
Memberi pupuk / pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk kandang maupun pupuk buatan.
Membuat saluran irigasi untuk pengairan sawah yang jauh dari mata air.
Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.
Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang merugikan.
Menanami lahan yang gundul untuk membantu terjadinya erosi.
Melakukan rotasi tanaman alias gonta-ganti jenis tanaman yang ditanam pada suatu bidang tanah.
Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.
Memelihara cacing tanah dalam tanah untuk membantu menggemburkan tanah.
Tidak membuang sampah sembarangan di tanah.
Sumber :
https://organisasi.org/teknik-cara-membuat-tanah-tetap-subur-dan-tips-pengawetan-tanah-ilmu-biologi
Cara merawat tanah adalah :
Memberi pupuk / pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk kandang maupun pupuk buatan.
Membuat saluran irigasi untuk pengairan sawah yang jauh dari mata air.
Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.
Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang merugikan.
Menanami lahan yang gundul untuk membantu terjadinya erosi.
Melakukan rotasi tanaman alias gonta-ganti jenis tanaman yang ditanam pada suatu bidang tanah.
Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.
Memelihara cacing tanah dalam tanah untuk membantu menggemburkan tanah.
Tidak membuang sampah sembarangan di tanah.
Sumber :
https://organisasi.org/teknik-cara-membuat-tanah-tetap-subur-dan-tips-pengawetan-tanah-ilmu-biologi
5 Contoh Jenis Tanah di Indonesia
1. Tanah Aluvial
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Karakteristik
Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya.
Persebaran
Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua dan jawa.
2. Tanah Andoso
Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur.
Karakteristik
Tanah andosol memiliki warna coklat keabu-abuan. Tanah tersebut benar-benar tinggi kandungan seperti unsur hara, mineral dan air, maka amat bagus bagi pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut cocok sekali untuk berbagai macam tanaman yang terdapat di dunia ini. persebaran tanah andosol lazimnya ada di wilayah yang berdekatan di sekitar lokasi gunung berapi.
Persebaran
Di Indonesia sendiri yang termasuk area cincin api sebagian besar ada tanah andosol misalnya di daerah Bali, Nusa Tenggara, jawa, dan sumatera.
3. Tanah Entisolan
Tanah entisol memiliki kesamaan dengan tanah andosol, namun biasanya adalah hasil pelapukan oleh substantial yang dihasilkan dari letusan gunung berapi misalnya pasir, debu, lapili & lapili.
Karakteristik
Tanah tersebut pula subur sekali dan termasuk jenis tanah yang masih belum matang. Tanah tersebut lazimnya dapat kita jumpai tak jauh jauh dari lokasi gunung berapi dapat berwujud permukaan tanah tipis yang belum mempunyai lapisan tanah serta berbentuk gundukan pasir seperti yang terdapat di pantai parangteritis Yogjakarta.
Persebaran
Persebaran tanah entisol tersebut lazimnya dekat dengan lokasi gunung berapi layaknya di pantai parangteritis Jogjakarta, juga wilayah jawa yang lain yang terdapat gunung berapi.
4. Tanah Grumusol
Tanah grumusol terbentuk oleh adanya pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah terdapat kandungan organik yang rendah lantaran berasal dari batuan kapur. Sehingga bisa kita ambil kesimpulan bahwasanya jenis tanah ini tidak begitu subur dan tidak sesuai jika digunakan untuk menanam tumbuhan.
Ciri ciri
Tanahnya tersebut berstekstur kering dan rentan pecah terlebih lagi ketika datang musim kemarau dan mempunyai warna hitam. Memiliki tingkat Ph yang netral sampai alkalis. Tanah tersebut pada umumnya ada di permukaan yang tingkatannya di bawah 300 meter dari permukaan laut dan mempunyai bentuk topografi yang datar sampai ada gelombangnya. Pergantian suhu di wilayah yang ada tanah grumusol amat nyata ketika datang musim panas dan hujan.
Baca Juga Sampah organik dan non organik lengkap beserta contoh dan cara mengolahnya
Persebaran
Kebanyakan jenis tanah ini tersebar di wilayah Indonesia yang banyak terdapat tumbuhan jati lantaran teksturnya yang kering. Beberapa wilayah itu tersebar di Daerah Jawa Timur (Madiun, Ngawi), Jawa Tengah (Jepara, Demak, Pati) dan Nusa Tenggara Timur.
5. Tanah Humus
Tanah Humus adalah tanah yang tercipta dari pelapukan tanaman. Tanah Ini termasuk jenis tanah yang sangat subur lantaran banyak akan kandungan unsur hara dan mineral.
Karakteristik
Tanah humus sangat bagus untuk dilakukan cocok tanam lantaran tanah ini benar-benar produktif dan juga bermanfaat bagi tanaman. Tanah ini mempunyai unsur hara dan mineral sebagai hasil dari tanaman yang membusuk sampai warnanya sedikit kehitam hitaman.
Persebaran
Tanah jenis ini ada di berbagai wilayah yang memiliki wilayah hutan yang luas. Di Indonesia tersebar di beberapa wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua serta beberapa wilayah di Sulawesi.
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya yang terbawa karena aliran sungai. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Karakteristik
Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya.
Persebaran
Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua dan jawa.
2. Tanah Andoso
Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur.
Karakteristik
Tanah andosol memiliki warna coklat keabu-abuan. Tanah tersebut benar-benar tinggi kandungan seperti unsur hara, mineral dan air, maka amat bagus bagi pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut cocok sekali untuk berbagai macam tanaman yang terdapat di dunia ini. persebaran tanah andosol lazimnya ada di wilayah yang berdekatan di sekitar lokasi gunung berapi.
Persebaran
Di Indonesia sendiri yang termasuk area cincin api sebagian besar ada tanah andosol misalnya di daerah Bali, Nusa Tenggara, jawa, dan sumatera.
3. Tanah Entisolan
Tanah entisol memiliki kesamaan dengan tanah andosol, namun biasanya adalah hasil pelapukan oleh substantial yang dihasilkan dari letusan gunung berapi misalnya pasir, debu, lapili & lapili.
Karakteristik
Tanah tersebut pula subur sekali dan termasuk jenis tanah yang masih belum matang. Tanah tersebut lazimnya dapat kita jumpai tak jauh jauh dari lokasi gunung berapi dapat berwujud permukaan tanah tipis yang belum mempunyai lapisan tanah serta berbentuk gundukan pasir seperti yang terdapat di pantai parangteritis Yogjakarta.
Persebaran
Persebaran tanah entisol tersebut lazimnya dekat dengan lokasi gunung berapi layaknya di pantai parangteritis Jogjakarta, juga wilayah jawa yang lain yang terdapat gunung berapi.
4. Tanah Grumusol
Tanah grumusol terbentuk oleh adanya pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah terdapat kandungan organik yang rendah lantaran berasal dari batuan kapur. Sehingga bisa kita ambil kesimpulan bahwasanya jenis tanah ini tidak begitu subur dan tidak sesuai jika digunakan untuk menanam tumbuhan.
Ciri ciri
Tanahnya tersebut berstekstur kering dan rentan pecah terlebih lagi ketika datang musim kemarau dan mempunyai warna hitam. Memiliki tingkat Ph yang netral sampai alkalis. Tanah tersebut pada umumnya ada di permukaan yang tingkatannya di bawah 300 meter dari permukaan laut dan mempunyai bentuk topografi yang datar sampai ada gelombangnya. Pergantian suhu di wilayah yang ada tanah grumusol amat nyata ketika datang musim panas dan hujan.
Baca Juga Sampah organik dan non organik lengkap beserta contoh dan cara mengolahnya
Persebaran
Kebanyakan jenis tanah ini tersebar di wilayah Indonesia yang banyak terdapat tumbuhan jati lantaran teksturnya yang kering. Beberapa wilayah itu tersebar di Daerah Jawa Timur (Madiun, Ngawi), Jawa Tengah (Jepara, Demak, Pati) dan Nusa Tenggara Timur.
5. Tanah Humus
Tanah Humus adalah tanah yang tercipta dari pelapukan tanaman. Tanah Ini termasuk jenis tanah yang sangat subur lantaran banyak akan kandungan unsur hara dan mineral.
Karakteristik
Tanah humus sangat bagus untuk dilakukan cocok tanam lantaran tanah ini benar-benar produktif dan juga bermanfaat bagi tanaman. Tanah ini mempunyai unsur hara dan mineral sebagai hasil dari tanaman yang membusuk sampai warnanya sedikit kehitam hitaman.
Persebaran
Tanah jenis ini ada di berbagai wilayah yang memiliki wilayah hutan yang luas. Di Indonesia tersebar di beberapa wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua serta beberapa wilayah di Sulawesi.
Selasa, 29 Mei 2018
Pengertian Tanah, dan Komponen Penyusun Tanah
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu yang menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan berbeda dengan pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak kepemilikan terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan tanah berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda sekali dengan tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan perbankan dipahami berdasarkan kedekatan lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses serta kedekatan dengan pusat pengembangan. Tanah yang dekat jalan atau dekat pusat pengembangan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada tanah yang berlokasi jauh dari akses jalan atau jauh dari pusat pengembangan. Berbeda dengan pengertian tanah menurut ibu rumah tangga yang selelu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bermain tanah dan selalu mengingatkan anak-anaknya tidak lupa mencuci tangan dan kaki apabila kena tanah. Pengertian tanah yang dipelajari dalam mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah berdasarkan ilmu pertanian. Definisi tanah menurut ilmu pertanian juga mengalami pengembangan dari waktu ke waktu. Perubahan definisi
PENGERTIAN TANAH
Definisi tanah dari waktu ke waktu mengalami pengembangan pengertian. Saat ini terdapat 4 pengertian tentang tanah yang diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu lapisan partikel halus.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3) organisme, (4) topografi, dan (5) waktu.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini
Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia bernama Hanafiah mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.i tersebut disajikan sebagai berikut:FUNGSI TANAH
Lima fungsi utama tanah adalah: (1) tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman, (2) penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), (3) penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara, dan (4) sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman, (5) lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. Integrasi kelima fungsi utama tanah disajikan dalam Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Lima fungsi utama tanah yang terintegrasi secara utuh.
Dua Pemahaman Penting Tentang Tanah
Dua pemahaman utama yang sangat mendasari pengertian tentang tanah berdasar-kan ilmu pertanian adalah:
Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman.
Tanah berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan penyakit serta dampak negatif pestisida dan limbah industri yang berbahaya
KOMPONEN PENYUSUN TANAH
Suatu tanah tersusun dari 4 komponen utama, yaitu: (1) bahan padatan berupa bahan mineral, (2) bahan padatan berupa bahan organik, (3) air, dan (4) udara. Tanah mineral yang subur tersusun dari 45% bahan tanah mineral, 5% bahan organik tanah, 25 % air dan 25% udara, seperti yang disajikan dalam Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Komposisi keempat komponen tanah (bahan mineral, bahan organik, air dan udara) yang menempati volume dari sistem tanah.
Bahan Induk
Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis bahan induk tanah: Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan metamorf, dan Bahan induk organic.
Pengertian batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) dari magma cair. Beberapa batuan yang tergolong batuan beku adalah batuan: granit, basal, dan andesit. Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu shale. Batuan metamorf adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan gneiss, batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.Sketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma menjadi batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan beku menjadi batuan sedimen serta perubahan dari batuan beku dan batuan sedimen menjadi batuan metamorf disajikan dalam Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Sketsa dinamika perubahan tiga jenis bahan induk tanah mineral yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf .
Jenis-Jenis Batuan Beku
Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
Tempat pembekuan, da Kandungan sio2.
Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku dalam (flutonik),
Batuan beku gang (intrusi), dan
Batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).
Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan sio2 tinggi atau lebih dari 65%.
Batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.
Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 rendah atau kurang dari 55%.
Bahan Induk Organik
Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau penimbunan dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah gambut atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan tingkat kematangan bahan organik pembentuk tanah tersebut, yaitu:
Febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak terlihatnya bentuk asal dari bahan organik tersebut karena kandungan bahan organik kasar lebih dari 66%.
Hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.
Safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan lanjut.
Iklim (Cuaca)
Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
Curah hujan dan
Temperatur.
Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia bagian Barat memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per tahun dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan 32 derajat celsius akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan batuan serta proses pencucian lebih intensif. Kondisi tersebut akan menghasilkan jenis tanah dengan perkembangan horison lebih lengkap dengan kandungan kation asam yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah: jenis podsolik merah kuning dan latosol.
Organisme / Jasad Hidup
Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan (makrofauna) dan mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini mempengaruhi terjadinya:
Akumulasi bahan organik,
Siklus hara tanah,
Proses pembentukan struktur tanah,
Kandungan nitrogen tanah,
Peningkatan infiltrasi tanah, dan
Penurunan erosi tanah.
Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan menghasilkan tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:
Tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk tanah tidak subur. Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk tanaman menyebabkan daya rusak tanah akibat air hujan tinggi, sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu, bentuk daun yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah, maka siklus hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga rendah, sehingga tanah yang terbentuk kurang subur, dan
Tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga mengurangi daya rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh, sehingga menyebabkan erosi yang terjadi rendah. Daun jati yang lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh akan terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga siklus hara yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk akan lebih subur.
Topografi atau Relief atau Kelerengan Lahan
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
Kecuraman lereng, dan
Bentuk lereng.
Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka terhadap terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan aliran permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang lebih curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus saat terjadi hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang berlereng landai sampai datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki laju infiltrasi dan laju perkolasi yang lebih besar serta proses pembentukan horison berkembang lebih lanjut, sehingga membentuk profil tanah yang lebih dalam.
Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara, yaitu:
Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa tanah,
Kedalaman air tanah,
Besarnya erosi yang dapat terjadi, dan
Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
Ketebalan solum tanah,
Ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,
Kandungan air tanah,
Warna tanah,
Tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan tanah berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan pada tanah cekungan dan datar membentuk solum dalam) ,
Reaksi tanah atau ph (pada tanah dengan air tanah dangkal mengalami salinisasi sehingga ph tanah netral sampai basa, sedangkan pada tanah dengan air tanah dalam mengalami proses pencucian intensif sehingga ph tanah rendah atau bereaksi asam),
Kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.
Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi:
Berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau gunung,
Berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung bukit dan gunung,
Berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.
Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah dan umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah, maka tanah dikelom-pokkan menjadi:
Tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100 tahun,
Tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar antara 1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan
Tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan tahun.
Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu mulai dari fase:
Awal,
Juvenil,
Viril,
Senil, dan
Fase akhir.
Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.
SUSUNAN UTAMA TANAH
Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara dan air tanah. Pada gambar dibawah diperlihatkan susunan utama tanah berdasarka volume dari suatu jenis tanah dengan tekstur lempung berdebu dengan perbandingan bahan padat dan ruang udara tanah yang seimbang.
Dari gambar di atas terlihat tanah mengandung 50% ruang pori-pori terdiri dari udara dan air. Volume fase padat menempati lebih kurang 45% bahan mineral tanah dan 5% bahan organik. Pada kandungan air yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, maka persentase ruang pori-pori adalah 25% terisi oleh aor dan 25% oleh udara.
Dibawah kondisi alami perbandingan udara dan air ini selalu berubah-ubah, terganung pada cuaca dan faktor lainnya. Bahan penyusun tanah yang disebut yang disebut terdahulu yakni bahan-bahan mineral, bahan organik serta air saling bercampur didalam tanah sehingga susah dipisahkan satu sama lainnya.
Mineral anorganik dalam tanah berasal dari pecahan-pecahan batu-batuan yang berukuran kecil serta jenis-jenis mineral lainnya, merupakan sumber hara potensial dan dapat menyediakan hampir semua unsur hara kecuali nitrogen. Ukuran mineral-mineral anprganik ini sangat bervariasi dari yang berukuran kecil seperti liat sampai berukuan besar seperti pasir dan kerikil. Ukuran koloid liat sangatlah kecil, sehingga hanya dapat dilihat dengan mempergunakan mikroskop elektron.
Mineral-mineral tanah ada yang mudah lapuk dan ada yang susah melapuk seperti kuarsa. Bahan organik yang belum atau sudah melapuk merupakan sumber unsur N yang utama dalam tanah. Hasil pelapukan bahan organik antara lain adalah humus yang bersama-sama dengan koloid liat adalah bahan aktif dalam tanah sebagai gudang penyimpanan atau pelepasan unsur hara bagi tanaman.
Tulisan ini saya dapatkan dari james parade dan dapat di akses melalui
https://jamespardede.wordpress.com/2014/03/16/materi-kuliah-dasar-ilmu-tanah/
PENGERTIAN TANAH
Definisi tanah dari waktu ke waktu mengalami pengembangan pengertian. Saat ini terdapat 4 pengertian tentang tanah yang diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu lapisan partikel halus.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3) organisme, (4) topografi, dan (5) waktu.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini
Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia bernama Hanafiah mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.i tersebut disajikan sebagai berikut:FUNGSI TANAH
Lima fungsi utama tanah adalah: (1) tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman, (2) penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), (3) penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara, dan (4) sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman, (5) lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. Integrasi kelima fungsi utama tanah disajikan dalam Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Lima fungsi utama tanah yang terintegrasi secara utuh.
Dua Pemahaman Penting Tentang Tanah
Dua pemahaman utama yang sangat mendasari pengertian tentang tanah berdasar-kan ilmu pertanian adalah:
Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman.
Tanah berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan penyakit serta dampak negatif pestisida dan limbah industri yang berbahaya
KOMPONEN PENYUSUN TANAH
Suatu tanah tersusun dari 4 komponen utama, yaitu: (1) bahan padatan berupa bahan mineral, (2) bahan padatan berupa bahan organik, (3) air, dan (4) udara. Tanah mineral yang subur tersusun dari 45% bahan tanah mineral, 5% bahan organik tanah, 25 % air dan 25% udara, seperti yang disajikan dalam Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Komposisi keempat komponen tanah (bahan mineral, bahan organik, air dan udara) yang menempati volume dari sistem tanah.
Bahan Induk
Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis bahan induk tanah: Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan metamorf, dan Bahan induk organic.
Pengertian batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) dari magma cair. Beberapa batuan yang tergolong batuan beku adalah batuan: granit, basal, dan andesit. Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu shale. Batuan metamorf adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan gneiss, batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.Sketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma menjadi batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan beku menjadi batuan sedimen serta perubahan dari batuan beku dan batuan sedimen menjadi batuan metamorf disajikan dalam Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Sketsa dinamika perubahan tiga jenis bahan induk tanah mineral yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf .
Jenis-Jenis Batuan Beku
Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
Tempat pembekuan, da Kandungan sio2.
Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku dalam (flutonik),
Batuan beku gang (intrusi), dan
Batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).
Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan sio2 tinggi atau lebih dari 65%.
Batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.
Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 rendah atau kurang dari 55%.
Bahan Induk Organik
Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau penimbunan dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah gambut atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan tingkat kematangan bahan organik pembentuk tanah tersebut, yaitu:
Febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak terlihatnya bentuk asal dari bahan organik tersebut karena kandungan bahan organik kasar lebih dari 66%.
Hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.
Safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan lanjut.
Iklim (Cuaca)
Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
Curah hujan dan
Temperatur.
Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia bagian Barat memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per tahun dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan 32 derajat celsius akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan batuan serta proses pencucian lebih intensif. Kondisi tersebut akan menghasilkan jenis tanah dengan perkembangan horison lebih lengkap dengan kandungan kation asam yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah: jenis podsolik merah kuning dan latosol.
Organisme / Jasad Hidup
Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan (makrofauna) dan mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini mempengaruhi terjadinya:
Akumulasi bahan organik,
Siklus hara tanah,
Proses pembentukan struktur tanah,
Kandungan nitrogen tanah,
Peningkatan infiltrasi tanah, dan
Penurunan erosi tanah.
Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan menghasilkan tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:
Tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk tanah tidak subur. Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk tanaman menyebabkan daya rusak tanah akibat air hujan tinggi, sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu, bentuk daun yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah, maka siklus hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga rendah, sehingga tanah yang terbentuk kurang subur, dan
Tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga mengurangi daya rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh, sehingga menyebabkan erosi yang terjadi rendah. Daun jati yang lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh akan terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga siklus hara yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk akan lebih subur.
Topografi atau Relief atau Kelerengan Lahan
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
Kecuraman lereng, dan
Bentuk lereng.
Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka terhadap terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan aliran permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang lebih curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus saat terjadi hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang berlereng landai sampai datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki laju infiltrasi dan laju perkolasi yang lebih besar serta proses pembentukan horison berkembang lebih lanjut, sehingga membentuk profil tanah yang lebih dalam.
Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara, yaitu:
Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa tanah,
Kedalaman air tanah,
Besarnya erosi yang dapat terjadi, dan
Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
Ketebalan solum tanah,
Ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,
Kandungan air tanah,
Warna tanah,
Tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan tanah berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan pada tanah cekungan dan datar membentuk solum dalam) ,
Reaksi tanah atau ph (pada tanah dengan air tanah dangkal mengalami salinisasi sehingga ph tanah netral sampai basa, sedangkan pada tanah dengan air tanah dalam mengalami proses pencucian intensif sehingga ph tanah rendah atau bereaksi asam),
Kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.
Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi:
Berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau gunung,
Berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung bukit dan gunung,
Berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.
Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah dan umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah, maka tanah dikelom-pokkan menjadi:
Tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100 tahun,
Tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar antara 1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan
Tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan tahun.
Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu mulai dari fase:
Awal,
Juvenil,
Viril,
Senil, dan
Fase akhir.
Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.
SUSUNAN UTAMA TANAH
Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara dan air tanah. Pada gambar dibawah diperlihatkan susunan utama tanah berdasarka volume dari suatu jenis tanah dengan tekstur lempung berdebu dengan perbandingan bahan padat dan ruang udara tanah yang seimbang.
Dari gambar di atas terlihat tanah mengandung 50% ruang pori-pori terdiri dari udara dan air. Volume fase padat menempati lebih kurang 45% bahan mineral tanah dan 5% bahan organik. Pada kandungan air yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, maka persentase ruang pori-pori adalah 25% terisi oleh aor dan 25% oleh udara.
Dibawah kondisi alami perbandingan udara dan air ini selalu berubah-ubah, terganung pada cuaca dan faktor lainnya. Bahan penyusun tanah yang disebut yang disebut terdahulu yakni bahan-bahan mineral, bahan organik serta air saling bercampur didalam tanah sehingga susah dipisahkan satu sama lainnya.
Mineral anorganik dalam tanah berasal dari pecahan-pecahan batu-batuan yang berukuran kecil serta jenis-jenis mineral lainnya, merupakan sumber hara potensial dan dapat menyediakan hampir semua unsur hara kecuali nitrogen. Ukuran mineral-mineral anprganik ini sangat bervariasi dari yang berukuran kecil seperti liat sampai berukuan besar seperti pasir dan kerikil. Ukuran koloid liat sangatlah kecil, sehingga hanya dapat dilihat dengan mempergunakan mikroskop elektron.
Mineral-mineral tanah ada yang mudah lapuk dan ada yang susah melapuk seperti kuarsa. Bahan organik yang belum atau sudah melapuk merupakan sumber unsur N yang utama dalam tanah. Hasil pelapukan bahan organik antara lain adalah humus yang bersama-sama dengan koloid liat adalah bahan aktif dalam tanah sebagai gudang penyimpanan atau pelepasan unsur hara bagi tanaman.
Tulisan ini saya dapatkan dari james parade dan dapat di akses melalui
https://jamespardede.wordpress.com/2014/03/16/materi-kuliah-dasar-ilmu-tanah/
Langganan:
Postingan (Atom)